Jumat, 09 Oktober 2015

Dibalik Hujan



   

 Dibalik Hujan 

 Erlangga Putra Awan Dwiantara adalah siswa kelas 12 ipa 3 SMA Atlantik 12 Bandung  ia adalah siswa yang teramat pandai di SMA tersebut ia selalu menjadi bintang kelas dalam kelasnya dan ia selalu menjuarai kejuaraan apapun dibidang akademik. Semua guru sangatlah bangga dan kagum padanya teman temannya pun begitu. Awan mempunyai teman yang bernama Senja Putri Hapsari  
    Gerimis lembut telah menyapa pagi hari ini, jam baru menunjukkan pukul 05.00 wib. Seperti biasa Awan malas bangun dan berangkat sekolah jika hujan datang. Ia hanya akan dirumah tidak akan pergi kemana mana.
     Pukul 06.30 wib dan Awan belum juga bangun padahal alarmnya telah berbunyi beberapa kali. Telepon rumah berdering, mbok inah mengangkatnya                                                           mbok Inah: “halo,selamat pagi dengan siapa ya?”
Senja: “ ini saya senja mbok Awan berangkat sekolah nggak sekarang?”
Mbok Inah: “ nggak mbak kalo hujan dipagi hari mas Awan nggak bangun dan nggak ke sekolah”
Senja:  “loh kok bisa gitu mbok emangnya kenapa?”
Mbok Inah: “ simbok juga nggak tau mbak,udah kebiasaan gitu mbak”
Senja: “ yaudah mbok makasih”
Mbok Inah: “ iya mbak sama sama”
      Mas Awan sudah bangun belum sekarang sudah jam 09.00 simbok sudah siapkan sarapan di meja makan, makan dulu nanti Mas Awan sakit. Simbok mau ke pasar dulu. Rumah sepi hanya Awan yang berada dirumah,Awan pun keluar dari kamar menuju meja makan. Awan makan sendiri di meja makan menghadap ke arah selatan tepat menghadap foto keluarga yang terpasang di dinding. Masih teringat jelas dalam ingatannya bagaimana Ayah dan Ibunya selalu bergantian memberi nasihat sebelum Awan akan berangkat sekolah,masih teringat juga bagaimana Ibunya merapikan baju Awan,merapikan dasi Awan,merapikan rambut Awan,semua itu masih teringat dengan jelas di ingatan Awan tapi semua itu tak akan pernah ada dan tak akan pernah terulang kembali. Perlahan butiran air mata turun mengaliri pipi Awan.
Mbok Inah: “ Mas Awan sudah bangun?”
Awan: “sudah mbok,simbok dari mana?”
Mbok Inah: “ simbok dari pasar Mas. Sudah makan Mas?”
Awan: “ sudah mbok”
Mbok Inah: “simbok ke dapur dulu ya Mas naruh belanjaan”
Awan: “ iya mbok”
    Awan masuk kamar dan duduk di meja belajarnya sambil menghidupkan komputernya dan ia mulai mengetik beberapa kata menjadi kalimat menjadi paragraf dan akhirnya menjadi sebuah cerita. Ia menuangkan semua yang ada dalam pikirannya dalam bentuk tulisan cerita agar semua yang ada dalam pikirannya apa yang baru ia dapatkan apa yang baru ia temukan apa kenangan hari ini semua ia tuliskan dalam ceritanya. Awan mulai mengingat akan masa lalunya.
      Senja adalah sahabat Awan sejak kecil namun saat lulus SD dan masuk SMP Senja dan Awan berpisah sekolah Awan pindah rumah ke Medan mengikuti kedua orang tuanya dan Senja masih di Bandung.
    Saat kelulusan SD Awan dan Senja mendapat peringkat pertama dan kedua. Mereka telah berjanji akan masuk sekolah yang sama dan akan terus bersama sampai mereka masuk Universitas. Namun takdir berkata lain mereka harus berpisah saat hari kelulusan. Janji mereka yang akan terus bersama pupus sampai disini. Namun Awan berjanji meski mereka berjauhan tidak lagi bersama mereka tetap akan berkomunikasi.
   Awan sekolah di SMP Kebangsaan Medan. Awan tidak mempunyai teman saat itu karena dia adalah siswa baru yang masuk sekolah setelah masa orientasi siswa,ia dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya dengan mudah karena semua teman temannya disana sangatlah ramah dan baik hati. Sampai pada akhirnya Awan bertemu dan dekat dengan seorang gadis yang bernama Rinai Hujan Lestari Dewi yang biasa akrap disapa Hujan. Mereka berdua duduk dikelas yang sama yaitu kelas VII E Awan murid yang pandai begitupun Hujan. Mereka selalu bersama,berangkat sekolah sampai pulang sekolah mereka selalu berdua saat dirumahpun mereka juga bermain bersama,keluarga Awan dekat dengan Hujan sebaliknya keluarga Hujan juga dekat dengan Awan. Karena saking dekatnya dengan Hujan Awan sampai lupa akan janjinya dengan Senja yang akan selalu berkomunikasi walau mereka berjauhan.
    Waktu terus berlalu sudah dua tahun Awan dan Senja berpisah,pada awalnya mereka masih sempat berkomunikasi namun lama lama Awan mulai sibuk dengan dunianya sendiri. Sesungguhnya Senja mempunyai rasa yang lebih pada Awan namun Senja tidak berani mengungkapkan perasaanya pada Awan karena dia hanya ingin selalu bersama Awan tidak harus memiliki Awan seutuhnya. Senja berharap Awan disana tidak melupakannya meski Awan telah mempunyai teman baru.
    Kelas VIII C sangat ramai siang hari itu semua siswa sedang berdiskusi mengenai study wisata yang akan diadakan sekolah. Semua siswa kelas VIII C akan masuk dalam satu bus yang sama dan mereka akan duduk dengan teman teman mereka tidak bergabung dengan kelas yang lain. Semua bersenang dan bergembira namun tidak dengan Awan,ia sedang memikirkan suatu hal. Jika tidak bergabung dengan kelas lain maka Awan tidak bisa satu bus dengan Hujan,padahal ia ingin sekali satu bus dengan Hujan dan duduk dekat dengan Hujan,Awan hanya dapat berharap semoga ia dapat satu bus dengan Hujan.
    Hari yang ditunggu akan segera tiba,besok pagi mereka akan berangkat study wisata dan malam ini Awan sedang mempersiapkan semua barang barang dan pakaian yang akan ia pakai dan yang akan ia bawa besok. Harapan Awan untuk satu bus dengan Hujan terkabul namun mereka tidak dapat duduk bersama karena Hujan duduk di depan dan awan duduk di belakang. Pukul 07.00 semua siswa telah berkumpul di lapangan besar SMP Kebangsaan Medan. Semua telah siap untuk berangkat berwisata. Setelah apel pagi yang panjang dan membosankan, mereka satu per satu masuk ke dalam bus masing masing dan duduk pada posisi masing masing yang telah ditentukan oleh sekolah. Perjalanan pun dimulai.
    Satu minggu lagi ulangan akhir semester dua,semua siswa bersiap untuk ulangan akhir semester dua. Ulangan akhir pun dimulai pada hari senin dan berakhir pada hari sabtu. Pada hari sabtu sepulang sekolah Hujan berjanji akan membawa Awan ke suatu tempat yang indah yang Awan belum tau. Mereka berjanji akan bertemu ditaman biasa mereka bermain. Jam tangan Awan menunjukkan pukul 16.30  dan Hujan belum sampai ditaman padahal Awan sudah menunggu lebih dari 2 jam. Sdah berulang kali Awan mencoba menelpon nomor Hujan namun sama saja operator yang menjawab. Perasaan Awan tidak enak ada apa sebenarnya dengan Hujan tidak biasanya Hujan telad ataupun lupa dengan janjinya. Pukul 17.00 Awan pulang meninggalkan taman ia berniat akan kerumah Hujan nanti malam. Malam harinya saat Awan kerumah Hujan rumah Hujan sepi dan tidak ada orang dirumahnya.
    Tiga hari berlalu dan selama itu pula Hujan tidak ada kabar.
Awan: “ sebenarnya Hujan kemana sudah tiga hari dia gaada kabar dan dia juga gak masuk sekolah,dia pergi kemana kenapa dia berhianat akan janjinya,tidak biasanya Hujan seperti ini apa yang terjadi dengan Hujan.”
     Sepulang sekolah Awan berniat untuk kerumah Hujan,sungguh kaget Awan dengan apa yang dilihatnya saat itu. Ayah hujan yang terlihat bijaksana,berwibawa ternyata melakukan korupsi di perusahaan ia bekerja dan hari ini ia ditangkap oleh polisi dan akan malaksanakan sidang pada hari selasa depan. Ibu,kakak,adik,dan Hujan tidak percaya itu mereka menangis dan berusaha menahan polisi agar tidak menangkap ayah Hujan tapi polisi tetap membawa ayah Hujan. Aku datang menghampiri Hujan.
Awan: “ yang sabar Hujan,aku yakin kalo ayahmu tidak bersalah pasti ayahmu akan dibebaskan”(duduk disamping Hujan)
Hujan: “ ayahku gak salah kan Awan,ayahku orang baik gak mungkin ayah melakukan korupsi pasti ini salah paham.”
Awan: “ iya pasti ayahmu gak salah pasti ayahmu akan dibebaskan. Udah gausah nangis lagi kamu jelek kalo nangis idungnya tambah pesek hehe”(sambil memencet hidung Hujan)
Hujan: “ apaan sih kamu Wan?”
Awan: “ udah ah jangan nangis lagi, mana Hujan yang aku kenal yang selalu ceria dan riang?”
Hujan: “ tersenyum ke arah Awan dan berkata kamu sahabat aku yang paling baik”
Awan: “ emang aku baik baru sadar kamu”
Hujan, Awan : “ hahahaha” ( tertawa bersama)
    Saat Hujan tersenyum entah mengapa rasanya hati Awan terasa damai,dan ingin selalu melihat Hujan tersenyum seperti itu padanya tidak pada orang lain. Awan sadar bahwa ia memiliki perasaan pada Hujan perasaan bukan sekedar teman atau sahabat tapi lebih dari itu.
Awan: “ apa aku harus bilang sama Hujan kalo aku punya rasa sama dia,aku takut jika dia tau aku punya perasaan yang lain dia akan menghindar dari aku” ( duduk di kursi belakang rumah dengan bingung dan bimbang)
    Sidang pertama ayah Hujan telah dimulai. Keputusan jaksa menyatakan bahwa ayah Hujan bersalah dan melakukan korupsi serta suap, maka dari itu ayah hujan dijatuhkan hukuman penjara 10 tahun penjara dan denda 100 juta. Ibu Hujan histeris dan pingsan,Hujan menangis tersedu dalam pelukan ku. Ia tidak percaya bahwa ayahnya berbuat seperti itu padahal ayahnya adalah orang yang sangat ia banggakan dan ia kagumi karena kecerdasan dan kebijaksanaannya dalam memimpin keluarga. Hujan bagaikan mendapat tamparan menggunakan besi yang sangat keras dan sangatlah menyayat hati yang sulit untuk diobati bahkan sulit untuk disembuhkan karena luka ini sangatlah dalam kedalam lubuk hati yang paling dalam.
     Awan sedih melihat keadaan Hujan sekarang yang sangat berantakan,kurang perhatian,dan seperti orang gila. Ibu Hujan depresi dan masuk Rumah Sakit Jiwa, kakak dan adik Hujan ikut kakek dan neneknya di Pekanbaru hanya Hujan yang ada di Medan dan tinggal sendirian dirumah.
     Hari ini penerimaan raport ibu Awan mengambilkan raport Awan dan Hujan. Awan mendapat peringkat pertama dikelasnya dan peringkat dua paralel se kelas delapan,Hujan mendapat peringkat satu dikelas dan peringkt satu paralel se kelas delapan. Biasanya Awan dan Hujan akan melihat bintang di belakang rumah Awan jika mereka mendapat peringkat yang baik namun untuk saat ini kebiasaan itu tidak di jalani karena keadaan Hujan sekarang.
     Hujan menyambut minggu pagi hari ini,Awan pergi kerumah Hujan dengan naik taksi. Saat memasuki rumah Hujan,rumah sangat sepi tidak seperti dulu yang ramai dan penuh canda tawa diantara semua anggota keluarga. Awan memanggil Hujan dan tidak ada jawaban. Awan masuk ke kamar Hujan dan kamar Hujan sepi tidak ada orang,ada sebuah surat di atas ranjang. Awan membukanya.
Dear Awan......
Awan maafkan aku yang selama ini mungkin banyak salah sama kamu,kamu adalah teman sekaligus sahabatku yang baik selalu ada dalam semua keadaan. Awan kamu sekarang tau keadaanku bagaimana aku gak pantes buat kamu aku tau kalo kamu punya perasaan yang lain sama aku aku juga punya perasaan yang sama dengan kamu tapi aku ini perempuan aku gak mungkin mulai dulu aku nunggu kamu tapi kamu gak bilang sama aku,aku tau kamu masih teringat dengan temanmu yang bernama Senja mungkin bukan sekedar teman tapi orang sepesia buat kamu. Yaudah Wan aku gapapa kok cinta gak harus memiliki. Aku juga sadar gak mungkin kita bersama karna keadaanku sekarang yang sudah miskin,keluarga berantakan,hidupku juga berantakan. Aku mau minta maaf sama kamu jika aku punya salah sama kamu dan aku mau pergi jauh dari hidup kamu terus berprestasi ya Awan semoga kelak kamu menjadi orang yang sukses. Gausah cari aku pergi kemana aku pergi jauh dan mungkin gak akan kembali lagi ke dunia ini. Salam terakhirku buat kedua orang tua kamu ya Awan. Aku sayang kamu aku pergi dulu biarkan aku pergi dengan tenang.

                                                                                                                         .......Hujan.......
     Awan pergi berlari keluar rumah ia terus berlari dan mencari Hujan meskipun hujan mengguyuri tubuhnya ia tak memperdulikannya dalam fikirnnya ia akan mencari Hujan dan akan membawa Hujan pulang kerumah. Ditengah jalan kota yang agak lengang Awan melihat Hujan sedang berdiri di pinggir jalan bergegas Awan menghampiri Hujan dan menyeret Hujan dalam pelukannya.
Awan: “ kamu mau kemana? Jangan pergi jangan tinggalin aku disini sendiri”
Hujan: “ aku harus pergi aku tidak akan selamanya disini sama kamu”
Awan: “ kamu mau pergi kemana?”
Hujan: “ pergi jauh dan gak akan pulang lagi”
Awan: “ gausah ngaco ayok pulang sama aku sekarang”
Hujan: “ engga Awan aku gak akan pulang”
Awan: “  terus kamu mau kemana? Pulang aja sama aku ya”
Hujan: “ maaf Erlangga Putra Awan Dwiantara aku gak bisa dan aku gak akan pulang”
Awan: “ katanya kamu sayang sama aku,katanya kamu juga punya rasa yang sama dengan aku,jika kamu sayang sama aku ayok kita pulang”
Hujan: “ sekali lagi maaf Awan aku gak bisa aku harus pergi”(berlari meninggalkan Awan)
Hujan melepaskan pelukan Awan dan berlari ke tengah jalan. Awan berusaha memanggil Hujan dan berlari mengikutinya. Dari arah yang berlawanan ada sebuah mobil truk yang melaju dengan kencang Awan berusaha memanggil Hujan
Awan: “ Hujan awas ada truk “ (berteriak)
Hujan: “ biarin,udah Awan gausah ngikutin aku lagi”
Awan: “ Hujannnnnn awasssssss”
Brukkkkkkk,tubuh Hujan terseret beberapa meter dari jalanan. Awan berlari menuju Hujan.
Awan: “ Hujan kamu gapapa kamu masih denger aku kan? Hujan jawab aku”(memangku tubuh Hujan dan menggetarkan tubuh Hujan)
Hujan: “ maafin aku Awan. Aku beruntung sempat jadi sahabat kamu,biarin aku pergi”(suara Hujan mulai lemah)
Awan: “ engga,kita ke rumah sakit sekarang kamu bertahan”
Lampu ruang operasi sudah menyala dan operasi Hujan sedang berlangsung.
Awan: “ mama Hujan di dalem dia lagi berusaha hidup,aku pingin masuk ma aku ingin ada disamping Hujan ma”(duduk disamping mamanya dan bersandar pada bahunya)
Mama: “ sudah sayang sekarang kita doain Hujan ya gausah nangis gaada gunanya nangis”(sambil mengusap air mata Awan yang membasahi pipinya)
Awan: “ kasihan Hujan ma”
Mama: “ mama tau sayang udah kita do’ain aja ya sayang biar Hujan cepet sembuh operasinya berhasil”
Dokter keluar dari ruang operasi.
Awan: “ gimana dok?keadaan teman saya gimana?”
Dokter: “ mohon maaf kami sudah berusaha sekuat dan sebisa kami tapi Hujan tidak bisa diselamatkan”
Awan: “ dokter bohong kan Hujan pasti sembuh kan dok”
Dokter: “ mohon maaf,yang sabar do’akan saya semoga arwahnya diterima disisinya. Saya mohon pamit”
Awan: “ mama dokter tadi bohong kan sama Awan Hujan pasti sembuh kan ma? Iya kan?”
    Pemakaman Hujan dilaksanakan sore hari pukul 15.00. semua teman temannya datang kerumah Hujan dan tidak percaya dengan apa yang terjadi tadi pagi pukul 10.00. mereka tidak percaya bahwa Rinai Hujan Lestari Dewi anak terpandai di sekolah meninggal karena suatu masalah keluarga.Tidak ada lagi Rinai Hujan Lestari Dewi anak terpandai di SMP Kebangsaan Medan,semua tentang Hujan kini hanyalah sebuah kenangan.
Kartika: “ Awan kamu liat kejadian tadi?”
Awan: “ iya aku liat Tik”
Kartika: “ kita semua tau perasaan kamu udah gausah nangis biarin Hujan pergi dengan tenang”
Awan: “ kenapa harus Hujan? kenapa harus dia yang pergi? Kenapa harus dia yang menanggung semua ini?”
Kartika: “ udah yang sabar kita doain aja”
    Tahun ajaran baru dimulai. Awan duduk dikelas IX A. Awan memulai kehidupan baru tanpa Hujan disampingnya lagi. Karena sudah kelas IX maka Awan ada tambahan jam pelajaran baik disekolah maupun di rumah ia ingin lulus dengan nilai terbaik.
     Namun hal itu terjadi lagi dulu sahabatnya kini keluargabya sendiri. Ayah dan ibunya pagi itu akan berangkat ke Korea ada pekerjaan disana,awan ditinggal dirumah sendiri bersama Simbok Inah. Hari itu hujan ayah dan ibunya harus tetap berangkat. Pukul 08.00 mereka bersiap berangkat ke bandara Awan dan simbok juga ikut. Saat turun dari mobil Awan berlari menuju pinggir jalan yang disana terdapat sebuah taman,Awan ingin ke taman. Saat ia berlari menuju taman dan ia tidak melihat bahwa ada mobil yang melaju ayah dan ibunya melihat saat mobil itu mulai dekat dengan Awan mereka berlari menyelamatkan Awan dan akhirnya mobil itu menabrak kedua orang tua Awan dan mereka meninggal ditempat.
Setelah kelulusan Awan dan mbok Inah kembali ke Bandung dan Awan melanjutkan sekolah di Bandung. Awan tinggal dengan mbok Inah sampai saat ini dan semua biaya hidup Awan ditanggung oleh perusahaan Ayah dan Ibunya bekerja dulu.
Awan dan Senja kini kembali bersama. Mereka sekolah dalam sekolah yang sama dan mengambil jurusan yang sama. Namun Senja tidak pernah tau bahwa Awan mempunyai sebuah rahasia besar yang tidak ada satu orangpun tau selain mbok Inah padahal Senja adalah sahabat dekat Awan sendiri,Awan tidak mau semua orang tau tentang masa lalunya.
    Senja tidak tau yang sesungguhnya terjadi pada Awan karena saat itu mereka berjauhan. Senja sangat suka dengan hujan apalagi gerimis karena saat hujan turun hati terasa damai,suasana senyap sepi dan udara sejuk tapi itu berbanding terbalik dengan Awan.
     Bel pulang sekolah berbunyi semua siswa berhamburan keluar kelas dan bergegas pulang,tapi tidak dengan Awan ia tetap bergeming di bangkunya tidak bergerak sama sekali. Senja menghampiri Awan
Senja: “ Awan ayok pulang”
Awan: “ kamu duluan aja”
Senja: “ kamu gak asik masak aku pulang sendiri ayok pulang bareng”
Awan: “ kamu duluan aja diluar masih hujan”
Senja: “ kita ujan ujanan aja kan asik haha”
Awan: “ engga kamu kalo mau pulang duluan gapapa aku nanti nunggu hujan reda”
Senja: “ ayolah Wan kita pulang bareng biasanya kan kita pulang bareng” ( sambil menarik lengan Awan)
Awan: “ nanti diluar masih hujan,kamu pulang duluan gapapa” ( Awan menjawab dengan santai)
Senja: “ ah Awan yaudah terserah kamu”
mereka pulang setelah hujan turun. Terpaksa Senja mengikuti kemauan Awan karna takut nanti Awan akan marah padanya. Dan saat hujan turun saat pagi hari pasti Awan tidak berangkat sekolah dan saat hujan turun sepulang sekolah pasti Awan akan menunggu hujan reda baru ia akan pulang. Lama kelamaan Senja mulai curiga dengan sikap Awan dulu Awan tidak seperti ini kenapa sekarang Awan berubah, ia berusaha mencari tau kenapa Awan sepertinya takut dengan hujan. Setelah Ujian Nasional selesai baru Senja tau alasan mengapa Awan takut dengan hujan.
       Sudah dua kali Awan melihat orang yang ia sayang meninggal saat hujan turun dan tertabrak mobil. Awan benci hujan Awan tidak suka dengan hujan. Saat hujan turun mengingatkannya akan masa lalunya yang suram dan sangat mengerikan. Ia harus kehilangan sahabat,ayah,dan ibunya dengan cara yang sama dan hanya berselang waktu tidak lama. Untuk itu Awan tidak akan pergi saat hujan turun meskipun itu berangkat sekolah. Sejak saat itu Senja tau bahwa Awan mempunyai masa lalu yang kelam dibalik hujan.
Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar