Pujangga Lama
Salah satu halaman Hikayat Abdullah
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya
sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya
satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya
Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara
pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul
karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah
Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga
Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik
selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan
Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.[1]
Karya Sastra Pujangga Lama
Sejarah
Sejarah Melayu
(Malay Annals)
Tuhfat al-Nafis
(Bingkisan Berharga) karya Raja Ali Haji
Hikayat
Hikayat Abdullah
Hikayat Aceh
Hikayat Amir
Hamzah
Hikayat Andaken
Penurat
Hikayat Bayan
Budiman
Hikayat Djahidin
Hikayat Hang Tuah
Hikayat Iskandar
Zulkarnain
Hikayat Kadirun
Hikayat Kalila dan
Damina
Hikayat Masydulhak
Hikayat Pandawa
Jaya
Hikayat Pandja
Tanderan
Hikayat Putri
Djohar Manikam
Hikayat Sri Rama
Hikayat Tjendera
Hasan
Tsahibul Hikayat
Syair Bidasari
Syair Hukum Nikah
karya Raja Ali Haji
Syair Ken Tambuhan
Syair Siti Shianah
karya Raja Ali Haji
Syair Sultan Abdul
Muluk karya Raja Ali Haji
Syair Suluh
Pegawai karya Raja Ali Haji
Syair Raja Mambang
Jauhari
Syair Raja Siak
Gurindam
Gurindam Dua Belas
karya Raja Ali Haji
Kitab agama
Syarab al-'Asyiqin
(Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
Asrar al-'Arifin
(Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
Nur ad-Daqa'iq
(Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
Bustan as-Salatin
(Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri
Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870
- 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat,
Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan
masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870
masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
Karya Sastra Melayu Lama
Robinson Crusoe
(terjemahan)
Lawan-lawan Merah
Mengelilingi Bumi
dalam 80 hari (terjemahan)
Graaf de Monte
Cristo (terjemahan)
Kapten Flamberger
(terjemahan)
Rocambole
(terjemahan)
Nyai Dasima oleh
G. Francis (Indo)
Bunga Rampai oleh
A.F van Dewall
Kisah Perjalanan
Nakhoda Bontekoe
Kisah Pelayaran ke
Pulau Kalimantan
Kisah Pelayaran ke
Makassar dan lain-lainnya
Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
Cerita Nyi Paina
Cerita Nyai
Sarikem
Cerita Nyonya Kong
Hong Nio
Nona Leonie
Warna Sari Melayu
oleh Kat S.J
Cerita Si Conat
oleh F.D.J. Pangemanan
Cerita Rossina
Nyai Isah oleh F.
Wiggers
Drama Raden Bei
Surioretno
Syair Java Bank
Dirampok
Lo Fen Kui oleh
Gouw Peng Liang
Cerita Oey See
oleh Thio Tjin Boen
Tambahsia
Busono oleh
R.M.Tirto Adhi Soerjo
Nyai Permana
Hikayat Siti
Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
dan masih ada
sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya
Angkatan Balai Pustaka
Abdul Muis sastrawan Indonesia Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia
yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka.
Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan
kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di
Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah
pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu
Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki
misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu
bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas
dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan
Balai Pustaka" karena ada banyak sekali karya tulisnya pada masa tersebut.
Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa
novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel
Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]
Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan
menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap
adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam
perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh
penulis-penulis lainnya pada masa itu.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:
Merari Siregar
Azab dan
Sengsara (1920)
Binasa kerna
Gadis Priangan (1931)
Cinta dan Hawa
Nafsu
Marah Roesli
Siti Nurbaya
(1922)
La Hami (1924)
Anak dan Kemenakan (1956)
Muhammad Yamin
Tanah Air
(1922)
Indonesia,
Tumpah Darahku (1928)
Kalau Dewi
Tara Sudah Berkata
Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
Nur Sutan Iskandar
Apa Dayaku
karena Aku Seorang Perempuan (1923)
Cinta yang
Membawa Maut (1926)
Salah Pilih (1928)
Karena Mentua
(1932)
Tuba Dibalas
dengan Susu (1933)
Hulubalang
Raja (1934)
Katak Hendak
Menjadi Lembu (1935)
Tulis Sutan Sati
Tak Disangka
(1923)
Sengsara
Membawa Nikmat (1928)
Tak Membalas Guna
(1932)
Memutuskan
Pertalian (1932)
Djamaluddin
Adinegoro
Darah Muda
(1927)
Asmara Jaya
(1928)
Abas Sutan Pamuntjak Nan Sati
Pertemuan
(1927)
Abdul Muis
Salah Asuhan
(1928)
Pertemuan
Djodoh (1933)
Aman Datuk
Madjoindo
Menebus Dosa
(1932)
Si Cebol
Rindukan Bulan (1934)
Sampaikan
Salamku Kepadanya (1935)
Pujangga Baru
Sutan Takdir Alisjahbana pelopor Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor
yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa
tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan
kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual,
nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang
dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane.
Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942),
dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi
salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain
Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan
Kalau Tak Untung menjadi karya penting sebelum perang.
Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
Kelompok
"Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir
Hamzah
Kelompok
"Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
Sutan Takdir
Alisjahbana
Dian Tak
Kunjung Padam (1932)
Tebaran Mega -
kumpulan sajak (1935)
Layar
Terkembang (1936)
Anak Perawan
di Sarang Penyamun (1940)
Hamka
Di Bawah Lindungan
Ka'bah (1938)
Tenggelamnya
Kapal Van der Wijck (1939)
Tuan Direktur
(1950)
Didalam Lembah
Kehidoepan (1940)
Armijn Pane
Belenggu
(1940)
Jiwa Berjiwa
Gamelan Djiwa
- kumpulan sajak (1960)
Djinak-djinak
Merpati - sandiwara (1950)
Kisah Antara
Manusia - kumpulan cerpen (1953)
Habis Gelap
Terbitlah Terang - Terjemahan Surat R.A. Kartini (1945)
Sanusi Pane
Pancaran Cinta
(1926)
Puspa Mega
(1927)
Madah Kelana
(1931)
Sandhyakala
Ning Majapahit (1933)
Kertajaya
(1932)
Tengku Amir Hamzah
Nyanyi Sunyi
(1937)
Begawat Gita
(1933)
Setanggi Timur
(1939)
Roestam Effendi
Bebasari:
toneel dalam 3 pertundjukan
Pertjikan Permenungan
Sariamin Ismail
Kalau Tak
Untung (1933)
Pengaruh
Keadaan (1937)
Anak Agung Pandji
Tisna
Ni Rawit Ceti
Penjual Orang (1935)
Sukreni Gadis
Bali (1936)
I Swasta
Setahun di Bedahulu (1938)
J.E.Tatengkeng
Rindoe Dendam
(1934)
Fatimah Hasan
Delais
Kehilangan Mestika (1935)
Said Daeng Muntu
Pembalasan
Karena Kerendahan Boedi (1941)
Karim Halim
Palawija (1944)
Angkatan 1945
! Informasi lebih lanjut: Angkatan 1945
Chairil Anwar pelopor Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah
mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih
realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik.
Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan
merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan
angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan
Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin
bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Manguak
Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis
dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
Chairil Anwar
Kerikil Tajam
(1949)
Deru Campur
Debu (1949)
Asrul Sani,
bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
Tiga Menguak Takdir (1950)
Idrus
Dari Ave Maria
ke Djalan Lain ke Roma (1948)
Aki (1949)
Perempuan dan Kebangsaan
Achdiat K.
Mihardja
Atheis (1949)
Trisno Sumardjo
Katahati dan
Perbuatan (1952)
Utuy Tatang
Sontani
Suling (drama)
(1948)
Tambera (1949)
Awal dan Mira
- drama satu babak (1962)
Suman Hs.
Kasih Ta'
Terlarai (1961)
Mentjari
Pentjuri Anak Perawan (1957)
Pertjobaan
Setia (1940)
Angkatan 1950 - 1960-an
! Artikel utama
untuk kategori ini adalah Kesusastraan Indonesia Periode 1950-1965.
Pramoedya Ananta Toer novelis generasi 1950-1960
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra
Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi
dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun
1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan
sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang
berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang
berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960;
menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis
dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
Pramoedya Ananta
Toer
Kranji dan
Bekasi Jatuh (1947)
Bukan Pasar
Malam (1951)
Di Tepi Kali
Bekasi (1951)
Keluarga
Gerilya (1951)
Mereka yang
Dilumpuhkan (1951)
Perburuan
(1950)
Cerita dari
Blora (1952)
Gadis Pantai
(1962-65)
Nh. Dini
Dua Dunia
(1950)
Hati jang
Damai (1960)
Sitor Situmorang
Dalam Sadjak (1950)
Djalan
Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
Pertempuran
dan Saldju di Paris (1956)
Surat Kertas
Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
Wadjah Tak Bernama:
kumpulan sadjak (1955)
Mochtar Lubis
Tak Ada Esok
(1950)
Jalan Tak Ada
Ujung (1952)
Tanah Gersang
(1964)
Si Djamal
(1964)
Marius Ramis Dayoh
Putra Budiman
(1951)
Pahlawan Minahasa (1957)
Ajip Rosidi
Tahun-tahun
Kematian (1955)
Ditengah
Keluarga (1956)
Sebuah Rumah
Buat Hari Tua (1957)
Cari Muatan
(1959)
Pertemuan Kembali (1961)
Ali Akbar Navis
Robohnya Surau
Kami - 8 cerita pendek pilihan (1955)
Bianglala -
kumpulan cerita pendek (1963)
Hujan Panas
(1964)
Kemarau (1967)
Toto Sudarto
Bachtiar
Etsa
sajak-sajak (1956)
Suara - kumpulan
sajak 1950-1955 (1958)
Ramadhan K.H
Priangan si Jelita (1956)
W.S. Rendra
Balada
Orang-orang Tercinta (1957)
Empat Kumpulan
Sajak (1961)
Ia Sudah Bertualang (1963)
Subagio
Sastrowardojo
Simphoni
(1957)
Nugroho
Notosusanto
Hujan Kepagian
(1958)
Rasa Sajangé
(1961)
Tiga Kota
(1959)
Trisnojuwono
Angin Laut
(1958)
Dimedan Perang
(1962)
Laki-laki dan Mesiu (1951)
Toha Mochtar
Pulang (1958)
Gugurnya
Komandan Gerilya (1962)
Daerah Tak Bertuan (1963)
Purnawan
Tjondronagaro
Mendarat
Kembali (1962)
Bokor Hutasuhut
Datang Malam
(1963)
Angkatan 1966 - 1970-an
Taufik Ismail sastrawan Angkatan 1966
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah
sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada
angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam
aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus
kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu
dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan
1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan
Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko
Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B.
Jassin.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam,
Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman,
Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing
Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lainnya.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966
Taufik Ismail
Malu (Aku)
Jadi Orang Indonesia
Tirani dan
Benteng
Buku Tamu
Musim Perjuangan
Sajak Ladang
Jagung
Kenalkan
Saya Hewan
Puisi-puisi
Langit
Sutardji Calzoum
Bachri
Amuk
Kapak
Abdul Hadi WM
Meditasi
(1976)
Potret Panjang
Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)
Tergantung Pada Angin (1977)
Sapardi Djoko
Damono
Dukamu Abadi
(1969)
Mata Pisau (1974)
Goenawan Mohamad
Parikesit
(1969)
Interlude
(1971)
Potret Seorang
Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972)
Seks, Sastra, dan Kita (1980)
Umar Kayam
Seribu
Kunang-kunang di Manhattan
Sri Sumarah
dan Bawuk
Lebaran di
Karet
Pada Suatu
Saat di Bandar Sangging
Kelir Tanpa
Batas
Para Priyayi
Jalan Menikung
Danarto
Godlob
Adam Makrifat
Berhala
Nasjah Djamin
Hilanglah si
Anak Hilang (1963)
Gairah untuk
Hidup dan untuk Mati (1968)
Putu Wijaya
Bila Malam
Bertambah Malam (1971)
Telegram
(1973)
Stasiun (1977)
Pabrik
Gres
Bom
Djamil Suherman
Perjalanan ke
Akhirat (1962)
Manifestasi
(1963)
Titis Basino
Dia, Hotel,
Surat Keputusan (1963)
Lesbian (1976)
Bukan Rumahku
(1976)
Pelabuhan Hati
(1978)
Pelabuhan Hati
(1978)
Leon Agusta
Monumen Safari
(1966)
Catatan Putih
(1975)
Di Bawah
Bayangan Sang Kekasih (1978)
Hukla (1979)
Iwan Simatupang
Ziarah (1968)
Kering (1972)
Merahnya Merah
(1968)
Keong (1975)
RT Nol/RW Nol
Tegak Lurus
Dengan Langit
M.A Salmoen
Masa Bergolak
(1968)
Parakitri Tahi
Simbolon
Ibu (1969)
Chairul Harun
Warisan (1979)
Kuntowijoyo
Khotbah di Atas Bukit (1976)
M. Balfas
Lingkaran-lingkaran
Retak (1978)
Mahbub Djunaidi
Dari Hari ke Hari (1975)
Wildan Yatim
Pergolakan
(1974)
Harijadi S.
Hartowardojo
Perjanjian dengan Maut (1976)
Ismail Marahimin
Dan Perang Pun Usai (1979)
Wisran Hadi
Empat Orang
Melayu
Jalan Lurus
Angkatan 1980 - 1990an
Hilman Hariwijaya penulis cerita remaja pada dekade 1980 dan
1990
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun
1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang
menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa
angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade
1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca
Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad
Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini
Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia
lain yang menonjol pada dekde 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain:
Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang
Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya
adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya
mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia
yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada
umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan
novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19
dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan
idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran
antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh
sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang
dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan
yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik
membaca karya-karya yang lebih berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis
Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani,
Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 - 1990an
Ahmadun Yosi
Herfanda
Ladang Hijau
(1980)
Sajak Penari
(1990)
Sebelum
Tertawa Dilarang (1997)
Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
Sembahyang Rumputan (1997)
Y.B Mangunwijaya
Burung-burung Manyar (1981)
Darman Moenir
Bako (1983)
Dendang (1988)
Budi Darma
Olenka (1983)
Rafilus (1988)
Sindhunata
Anak Bajang
Menggiring Angin (1984)
Arswendo
Atmowiloto
Canting (1986)
Hilman Hariwijaya
Lupus - 28 novel (1986-2007)
Lupus Kecil -
13 novel (1989-2003)
Olga Sepatu
Roda (1992)
Lupus ABG - 11
novel (1995-2005)
Dorothea Rosa
Herliany
Nyanyian Gaduh
(1987)
Matahari yang
Mengalir (1990)
Kepompong
Sunyi (1993)
Nikah Ilalang
(1995)
Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
Gustaf Rizal
Segi Empat
Patah Sisi (1990)
Segi Tiga
Lepas Kaki (1991)
Ben (1992)
Kemilau Cahaya
dan Perempuan Buta (1999)
Remy Sylado
Ca Bau Kan
(1999)
Kerudung Merah Kirmizi (2002)
Afrizal Malna
Tonggak Puisi
Indonesia Modern 4 (1987)
Yang Berdiam
Dalam Mikropon (1990)
Cerpen-cerpen
Nusantara Mutakhir (1991)
Dinamika
Budaya dan Politik (1991)
Arsitektur
Hujan (1995)
Pistol
Perdamaian (1996)
Kalung dari Teman (1998)
Templat:Lintang
Sugianto
Templat:Matahari Di atas Gilli (1997)
Templat:Kusampaikan kumpulan puisi (2002)
Templat:Menyapa Pagi Anak Aceh (2004)
Angkatan Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan
Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati
Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi".
Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi,
cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi.
Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik
sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan
sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema
sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial
dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde
Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak
melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel --
pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial
politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam
Noer, dan Hartono Benny Hidayat dengan media online: duniasastra(dot)com -nya,
juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
Widji Thukul
Puisi Pelo
Darman
Angkatan 2000-an
Andrea Hirata salah satu novelis tersukses pada dekade
pertama abad ke-21
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi
muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara,
Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya
"Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000
yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus
lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie
ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an,
seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta
yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
Ahmad Fuadi
Negeri 5
Menara (2009)
Ranah 3 Warna
(2011)
Andrea Hirata
Laskar Pelangi
(2005)
Sang Pemimpi
(2006)
Edensor (2007)
Maryamah
Karpov (2008)
Padang Bulan
dan Cinta Dalam Gelas (2010)
Ayu Utami
Saman (1998)
Larung (2001)
Dewi Lestari
Supernova 1:
Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
Supernova 2:
Akar (2002)
Supernova 3:
Petir (2004)
Supernova 4: Partikel (2012)
Habiburrahman El
Shirazy
Ayat-Ayat
Cinta (2004)
Diatas Sajadah
Cinta (2004)
Ketika Cinta
Berbuah Surga (2005)
Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
Ketika Cinta
Bertasbih 1 (2007)
Ketika Cinta
Bertasbih 2 (2007)
Dalam Mihrab Cinta (2007)
Herlinatiens
Garis Tepi
Seorang Lesbian (2003)
Dejavu, Sayap
yang Pecah (2004)
Jilbab Britney Spears (2004)
Sajak Cinta
Yang Pertama (2005)
Malam Untuk
Soe Hok Gie (2005)
Rebonding
(2005)
Broken Heart,
Psikopop Teen Guide (2005)
Koella,
Bersamamu dan Terluka (2006)
Sebuah Cinta
yang Menangis (2006)
Raudal Tanjung
Banua
Pulau Cinta di
Peta Buta (2003)
Ziarah bagi
yang Hidup (2004)
Parang Tak
Berulu (2005)
Gugusan Mata Ibu (2005)
Seno Gumira
Ajidarma
Atas Nama Malam
Sepotong Senja
untuk Pacarku
Biola Tak
Berdawai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar